Rabu, 16 Mei 2012

#Rubella



@tweet_bidan : Angka kejadian infeksi rubela pada wanita hamil di Indonesia masih sering didapatkan.

@tweet_bidan : Virus rubela sangat teratogen dengan akibat berbagai kelainan kongenital seperti antara lain tuli sensorik, Ventrikel Septal Defect, katarak, mental retardasi.

@tweet_bidan : menyebabkan keguguran, terganggunya perkembangan pada janin, hingga terjadinya kelainan saat proses kelahiran.

@tweet_bidan : dugaan sementara bahwa Virus Rubella yang menyerang ibu hamil dapat menyebabkan anak mengalami autisme.

@tweet_bidan : penyebab #Rubella >>

virus rubella merupakan virus RNA tergolong genus Rubivirus dalam famili Togaviridae. Virus rubela berbentk bulat (sferis) dengan diameter 60-70 nm dan memiliki inti (core) nukleoprotein padat, dikelilingi oleh dua lapis lipid yang mengandung glicoprotein envelope E1 dan E2. Virus bersifat termolabil, cepat menjadi tidak aktif pada temperatur 37◦C dan pada temperatur -20◦C dan relatif stabil selama berbulan bulan pada temperatur -60◦C. Virus rubela dapat dihancurkan oleh enzim proteinase dan pelarut lemak tetapi relatif rentan (resistent) terhadap pembekuan, pencairan dan sonikasi tampaknya rubela stabil secara antigen dan berbeda dari semua virus lain yang telah dikenal. Berbeda dengan togavirus yang lain, virus rubela hanya terdapat pada manusia. Penularan virus ini terjadi terutama melalui kontak langsung atau droplet dengan sekret nasofaring dari penderita. virus biasanya diisoloasikan pada biakan jaringan.

@tweet_bidan : patofisiologinya kyk gini nih...

Sumber infeksi rubela janin adalah dari plasenta wanita hamil yang menderita viremia. Viremia maternal bisa dimulai 1 minggu sebelum serangan ruam dan dapat menimbulkan infeksi plasenta. Di awal kehamilan infeksi ini tidak menetap di jaringan plasenta ibu (desisua), tapi menetap di vili korion. Viremia janin kemudian bisa menimbulkan infeksi janin diseminata. Waktu sangatlah penting. Pembentukan organ terjadi dalam minggu kedua sampai keenam setelah konsepsi, sehingga infeksi sangat berbahaya untuk jantung dan mata pada saat itu. Dalam trimester kedua, janin mengalami peningkatan kemampuan imunologi dan tidak lagi peka terhadap infeksi kronis yang merupakan khas rubella intrauterin dalam minggu-minggu awal.

@tweet_bidan : Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin tertular 80-90 persen.

@tweet_bidan : Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20 persen

@tweet_bidan : risiko janin tertular meningkat hingga 100 persen jika ibu terinfeksi saat usia kehamilan > 36 minggu.

@tweet_bidan : Sindrom Rubella Kongenital biasanya terjadi hanya bila ibu terinfeksi pada saat umur kehamilan masih kurang dari 4 bulan. Bila sudah lewat 5 bulan, jarang sekali terjadi infeksi.

@tweet_bidan : Infeksi rubela ditegakkan dengan pemeriksaan serologi yaitu serokonversi IgG atau 1GM spesifik sedang pada fetus bila menemukan 1gM

@tweet_bidan : tanda n gejala #rubella

@tweet_bidan : sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa

@tweet_bidan : Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari

@tweet_bidan : sumber lain menyebutkan:

· Adenopati (khas) terutama nodus limfatikus belakang telinga, oksipital dan leherbelakang

· Sakit kepala

· Sakit tenggorokan

· Ruam Ruam rubela bermacam-macam bentuknya. Ruam menetap selama 2 sampai 3 hari dalam pola yang disebut kaledidoskopik karena perubahan bentuknya. Mula- mula makula merah muda yang ireguler (biasanya dalam 24 jam) timbul di leher, badan, lengan dan akhirnya di kaki. Pada hari berikutnya lesi ini menyatu, membentuk komponen makulopapular dan menjadi skar; atiniformis. Muka sering bebas ruam pada saat ruam penuh sampai tungkai bawah. Jarang terjadi deskuamas.

· Demam (39 C-39C)

· Poliartralgia dan poliartritis (khas untuk wanita). Keluhan yang paling khas muncul dengan ruam atau dalam beberapa hari setelah serangan ruam. Sendi yang dikenai sering simetris bisa berkisar mulai dari kaku waktu pagi sampai keluhan artritis yang diti dengan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan. Manifestasi sendi pada rubela bersifat sementara dan tidak menimbulkan kerusakan sendi.

· Serologi: IgM : Terdeteksi pada 1-5 hari setelah muncul ruam dan betahan hingga 1-4 minggu. Titer turun, tidak terdeteksi setelah 6-12 minggu. IgG : Dapat di deteksi pada 1-3 hari setelah muncul gejala, bertahan seumur hidup.

@tweet_bidan : nah ini dia bunda klo #rubella kena ke baby

· Transien – Intrauterine growth retardation (IUGR) Bayi biasanya menderita retardasi pertumbuhan intrauterine sehingga termasuk golongan bayi kecil untuk masa kehamilan

· Purpura trombositopenia (25%) Purpura trombositopenia neonatus, ditandai lesi makula merah keunguan, “muffin-blueberry” dengan diameter 1-4 mm. Banyak pasien mengalami sedikit penurunan jumlah trombosit, tetapi manifestasi perdarahan jarang

· Anemia hemolitik

· Hepatosplenomegali

· Ikterik

· Radiolucent bone disease (20%) Lesi pada tulang berupa daerah bergaris-garis kecil yang radiolusen di daerah metafisis tulang panjang ekstrimitas atas dan bawah. Kelainan ini menghilang pada waktu bayi berumur 2-3 bulan. Lesi ini dapat dibedakan dengan sifilis kongenital, yaitu tidak ditemukannya reaksi periosteum.

· Meningoensepalitis

· Developmental (kelainan berkembang sejak anak menjadi dewasa)

· Tuli Sensorineural (80%) Tuli saraf permanen bisa berat atau ringan, bilateral atau unilateral. Hal ini disebabkan oleh kerusakan organ corti. Tuli dan gangguan komunikasi terjadi bila infeksi ibu terjadi setelah 8 minggu kehamilan. Kelainan ini dapat timbul akibat infeksi pada usia kehamilan minggu ke 9.

· Retardasi mental (55%) Retardasi mental pada anak biasanya berat. Pernah dilaporkan bahwa anak menderita disfungsi serebral dan kelainan psikiatrik seperti tingkah laku dan autism infantil. Kelainan ini terjadi karena infeksi pada kehamilan trimester kedua.

· Insulin-dependent diabetes (20%) Anak yang menderita rubela kongenital mempunyai resiko tinggi untuk mendapat diabetes melitus tergantung insulin (IDDM). Sampai usia 10 tahun, risiko ini ± empat kali lipat lebih besar dari anak normal dan sampai usia dewasa, risiko 10-20 kali lipat lebih besar. Dalam satu kelompok orang dewasa yang selamat, 40% menderita IDDM. Pasien dengan IDDM dan rubela kongenital mengalami peningkatan frekuensi HLA DR3 yang sama dan penurunan frekuensi HLA DR2 seperti pasien lain yang menderita rubela kongenital. Prevalensi tinggi sitotoksik sel pulau pankreas atau antibodi permukaan pada pasien rubela kongenital dengan atau tanpa IDDM dapat menunjukan infeksi sel pankreas in utero dan berperan penting dalam patogenesis IDDM pada individu yang rentan secara genetik.

· Pneumonia interstisial yang muncul pada usia 3-12 bulan dengan gejala batuk, takipnea, sindrom gawat nafas dan biasanya menjadi penyebab bayi meninggal dunia pada usia kurang dari 1 tahun.

· Kerusakan jantung Penyakit jantung kongenital tidak dapat dideteksi berhari-hari setelah lahir. Paten duktus arteriosus dengan atau tanpa stenosis arteri pulmonalis atau cabang-cabangnya dan kerusakan septum atrium dan ventrikel merupakan lesi yang paling sering. Kelainan ini dapat timbul pada usia kehamilan minggu ke 5-10.

· Kerusakan Mata (50%) Katarak Anomali mata yang paling khas adalah katarak inti keputihan yang bisa unilateral atau bilateral, sering disertai mikroftalmia. Lesi bisa tidak ditemukan saat lahir atau lesi begitu kecil sehingga hanya terdeteksi dengan pemeriksaan oftalmoskop. Kelainan ini dapat timbul akibat infeksi pada usia kehamilan minggu ke 6. Glaukoma Glaukoma kongenital bisa ditemukan dalam masa bayi, secara klinis tidak berbeda dengan glaukoma infantil herediter. Kornea membesar dan kabur, camera anterior oculi dalam dan tekanan okular meningkat. Retinopati Retinopati (salt and pepper rethinopaty) ditandaii dengan pigmentasi berbintik hitam, ukuran sangat bervariasi dan tersebar, mungkin merupakan manifestasi mata yang paling umum pada rubela kongenital. Tidak ada bukti bahwa anomali pigmen epitel retina mengganggu penglihatan. Pengenalan lesi ini dapat untuk mendiagnosis rubela kongenital. Mikrosefali Mikrosefali merupakan kelainan dimana ukuran tengkorak lebih kecil daripada ukuran yang normal. Karena ukuran tengkorak tergantung pada pertumbuhan otak, cacat dasarnya adalah pada perkembangan otak.

@tweet_bidan : Namun bagi seorang ibu yang sudah terkena Virus Rubella sebelum hamil maka ketika hamil ia malah memiliki kekebalan tubuh terhadap virus tersebut, kekebalan tubuh si ibu terhadap Virus Rubella itu akan ikut masuk ketubuh janin dengan begitu, janin tidak akan terkena Rubella hingga kemudian si anak lahir dan berusia satu tahun.

@tweet_bidan : Ada beberapa pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi Rubella, yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan anti Rubella IgM dan anti Rubella IgG pada contoh darah dari ibu hamil.

· Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban (cairan amnion) atau darah janin. Pengambilan sampel air ketuban atau pun darah janin harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan & kebidanan, dan hanya dapat dilakukan setelah usia kehamilan di atas 22 minggu.

· Labolatorium Hemaglutinasi pasif Hasil: Bila terdapat aglutinasi maka tedapat antibodi spesifik terhadap rubela

· Uji Hemolisis Radial Hasil : Zona >5 mm pada lempengan tes menunjukan adanya imunitas antibodi terhadap virus rubela (Zona hemolisis pada lempengan kontrol terentang antara 3,5-5 mm).

· Uji Aglutinasi latek Tes ini dipakai untuk uji saring imunitas.

· Uji Inhibisi Hemaglutinasi (HI = Hemagglutinattion Inhibition).

· HI- test atau fiksasi Komplemen sekarang dianggap kurang efisien karena harus di tunggu 4x kenaikan liter ab masa tenggang 1 bulan.

· Untuk menentukan kadar antibodi terhadap virus rubela dipakai uji IFA (Indirect Fluorescent Antibody Test).

· Imunoasai Enzim (EIA) Imunoasai enzim yang dipakai untuk menentukan kadar antibodi terhadap virus rubela ada 2 jenis yaitu : 1. IgM captured ELISA: untuk menentukan kadar IgM Antirubela 2. ELISA tak langsung untuk menentukan kadar IgG Antirubela Kira-kira 1/3 sampai ½ kasus wanita hamil yang menderita rubela tidak terdiagnosis. Bila ibu sedang hamil mengalami demam disertai bintik-bintik merah, pastikan apakah benar terkena rubela, cara yang cepat adalah dengan memeriksa anti-Rubela IgG dan anti-Rubela IgM setelah 1 minggu. Pemeriksaan Anti-rubela IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubela bawaan. Bila wanita hamil mengalami rubela, pastikan apakah janin tertular atau tidak Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus rubela dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban (cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan & kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 22 minggu.

· Hasil pemeriksaan janin terinfeksi virus rubela dengan diti adanya virus rubela pada pemeriksaan PCR. # Pada bayi Pemeriksaan Laboratorium Bayi yang terkena infeksi rubela kongenital bisa tetap terinfeksi kronis selama berbulan-berulan setelah lahir. Virus rubela dapat ditemukan dari sekresi nasofaring ± 80% pada pada bayi dengan rubela kongenital usia kurang dari 1 bulan, 62% usia 1-4 bulan, 33% usia 5-8 bulan, 11% usia 9-12 bulan dan 3% usia tahun kedua. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan biakan virus dari sekret faring, urin, cairan serebrospinalis dan dari setiap organ.

@tweet_bidan : sebelum merencanakan kehamilan ada baikny mendeteksi terlebih dahulu ada tidaknya virus ini dalam tubuh dengan melakukan serangkaian tes yang disebut tes TORCH

@tweet_bidan : Pencegahan dengan memberikan vaksinasi sebelum hamil pada ibu yang belum kebal.

Program vaksinasi atau imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan terhadap rubella. Di Amerika Serikat mengharuskan untuk imunisasi sernua laki?laki dan wanita umur 12 dan 15 bulan serta pubertas dan wanita pasca pubertas tidak hamil. Imunisasi adalah efektif pada umur 12 bulan tetapi mungkin tertunda sampai 15 bulan dan diberikan sebagai vaksin MMR.

Imunisasi rubella harus diberikan pada wanita pasca pubertas yang kemungkinan rentan pada setiap kunjungan perawatan kesehatan. Untuk wanita yang mengatakan bahwa mereka mungkin hamil imunisasi harus ditunda. Uji kehamilan tidak secara rutin diperlukan, tetapi harus diberikan nasehat mengenai sebaiknya menghindari kehamilan selama 3 bulan sesudah imunisasi. Kebijakan imunisasi sekarang telah berhasil memecahkan siklus epidemic rubella yang biasa di Amerika Serikat dan menurunkan insiden sindrom rubella kongenital yang dilaporkan pada hanya 20 kasus pada tahun 1994. Namun imunisasi ini tidak mengakibatkan penurunan presentase wanita usia subur yang rentan terhadap rubella.

Sebelum hamil pastikan bahwa Anda telah memiliki kekebalan terhadap virus Rubella dengan melakukan pemeriksaan anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM.

Jika hasil keduanya negatif, sebaiknya Anda ke dokter untuk melakukan vaksinasi, namun Anda baru diperbolehkan hamil 3 bulan setelah vaksinasi

Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau anti-Rubella IgM dan anti-Rubella IgG positif, dokter akan menyarankan Anda untuk menunda kehamilan

Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah terinfeksi dan antibodi yang terdapat dalam tubuh Anda dapat melindungi dari serangan virus Rubella. Bila Anda hamil, bayi Anda pun akan terhindar dari Sindroma Rubella Kongenital.

Bila Anda sedang hamil dan belum mengetahui apakah tubuh Anda telah terlindungi dari infeksi Rubella maka Anda dianjurkan melakukan pemeriksaan anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM :

Jika Anda telah memiliki kekebalan (anti-Rubella IgG positif), berarti janin Anda pun terlindungi dari ancaman virus Rubella

**berbagai sumber**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar